Menelusuri Jalur Ziarah Buddha di Candi Borobudur

Candi Borobudur, sebagai salah satu warisan budaya dunia yang diakui UNESCO, merupakan pusat spiritual bagi umat Buddha sekaligus destinasi wisata yang memikat. Selain keindahan arsitekturnya, Borobudur menyimpan makna filosofis yang dalam, terutama dalam jalur ziarah yang di kenal sebagai “Pradaksina”—ritual mengelilingi candi searah jarum jam sebagai bentuk penghormatan.

Makna Jalur Ziarah di Borobudur

Borobudur bukan hanya candi terbesar di dunia, tetapi juga merepresentasikan perjalanan spiritual manusia menuju pencerahan. Struktur candi ini dibagi menjadi tiga tingkatan yang mencerminkan tahapan dalam ajaran Buddha:

  1. Kamadhatu – Dunia keinginan dan nafsu, yang melambangkan kehidupan manusia yang masih terikat oleh hawa nafsu dan duniawi.
  2. Rupadhatu – Dunia bentuk, yang menggambarkan tahap transisi di mana manusia mulai meninggalkan keduniawian.
  3. Arupadhatu – Dunia tanpa bentuk, sebagai simbol pencapaian pencerahan sempurna atau Nirwana.

Jalur Ziarah: Perjalanan Menuju Pencerahan

Para peziarah yang ingin melakukan perjalanan spiritual di Candi Borobudur biasanya mengikuti jalur pradaksina dengan cara mengelilingi candi dari dasar hingga ke puncak. Rute ini mencerminkan perjalanan menuju kebijaksanaan dan kebebasan dari penderitaan.

1. Memulai Perjalanan di Kamadhatu

Jalur ziarah dimulai dari bagian paling bawah candi, yang dulunya dihiasi 160 relief menggambarkan hukum sebab akibat (Karmawibhangga). Relief ini memberikan pelajaran tentang konsekuensi dari perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-hari.

2. Menaiki Tangga ke Rupadhatu

Peziarah kemudian naik ke tingkat tengah, yang memiliki galeri dengan 1.300 relief yang menceritakan perjalanan Buddha Gautama. Di sini, para peziarah dapat merenungkan ajaran Buddha tentang bagaimana melepaskan diri dari keinginan duniawi.

3. Mencapai Puncak di Arupadhatu

Bagian tertinggi dari Candi Borobudur adalah zona spiritual yang di hiasi stupa besar dan 72 stupa berlubang yang masing-masing berisi patung Buddha. Di sinilah simbol pencerahan tertinggi berada, di mana peziarah dapat bermeditasi dan merasakan ketenangan batin.

Tradisi Ziarah Waisak

Setiap tahun, ribuan umat Buddha dari berbagai negara datang ke Borobudur untuk merayakan Hari Raya Waisak. Mereka melakukan prosesi ziarah yang di mulai dari Candi Mendut, melewati Candi Pawon, dan berakhir di Borobudur. Prosesi ini melambangkan perjalanan menuju kebijaksanaan dan kebebasan dari penderitaan duniawi.

Kesimpulan

Jalur ziarah di Candi Borobudur bukan hanya sekadar perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan batin yang mendalam. Melalui relief-reliefnya, struktur bertingkat, dan simbolisme candi, Borobudur mengajarkan manusia untuk melepaskan keinginan duniawi dan mencapai pencerahan. Bagi siapa pun yang ingin memahami makna hidup dan kebijaksanaan Buddha, menelusuri jalur ziarah ini adalah pengalaman yang mendalam dan menginspirasi.

Baca Juga Artikel Beriktu Di : Nfcmusa.Site

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *